12.17.2008

Banjir dan Banjir


Hati kecil saya menggerutu, "Musim hujan Banjir, Kemarau Panasnya luar biasa" mungkin itu ungkapan kejenuhan makhluk bumi yang sangat resah dengan fenomena alam yang kian hari makin tidak mengenakkan. Sungguh manusia sudah tidak betah di bumi, mungkin. 

Perasaan semacam itu wajar. memang manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah terjadi, terlepas dari semua itu merupakan takdir dan kehendak Tuhan. Ketidak seimbangan ekosistem dan segala macam tetek bengeknya  merupakan faktor utama yang di akibatkan dari ulah manusia itu sendiri.

Contoh kecilnya adalah, saya sebagai mahasiswa yang mungkin hanya sebagai penduduk tidak tetap di Kota Surabaya yang hanya ruang lingkupnya kos dan kampus sungguh merasa jenuh dan tidak betah dengan cuaca di kota ini, pada musim kemarau cuaca luar biasa panasnya, bahkan kuliyah dikampuspun tidak kondusif gara-gara panas ini, bahkan muncul demonstrasi di salah satu fakultas menuntut adanya fasilitas Air Conditioner. Musim Hujan ini harus rela basah-basahan sepatu atau dengan terpaksa menjinjing sepatu ke kampus. Apalagi kesulitan ini harus dialami oleh sebuah keluarga, yang sering kemasuka air ke dalam rumahnya.

Jikabenar apa yang dikatakan oleh Pakar Drainase ITS, Ir Anggrahini bahwa Kota-Kota di Indonesia tidak Pernah lepas dari ancaman banjir(kompas-16-12-08), banjir merupakan bom waktu bagi setiap warga kota yang sewaktu-waktu bisa meledak dan tidak segan-segan merenggut nyawa. 

Entah bagaimanakah solusi yang tepat bagi permaslahan ini, berbagai kemelut Negeri belum juga tuntas, kasus terbaru adalah penodaan Agama oleh Lia Eden yang mengaku mendapat wahyu Tuhan, belum lagi maslah korupsi yang belum juga tuntas, apalagi manusia makin serakah dengan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem. Berbagai Duta-pun di bentuk, mulai duta lingkungan, hingga duta baca, duta tinju dan sebagainya, nemun Indonesia tetap belum bisa terlepas dari kebanjiran ini semua. 




0 komentar:

Posting Komentar